Wisata Purwokerto : Nikmatnya Tracking Pancuran Tujuh bagi Orang Jakarta


Di lereng Gua Selirang yang berbalut lumut hijau nan menawan

Hai, teruntuk mbak @yuliaspina. 


Ini soal menyempatkan waktu dan ketekadan bulat di Ramadan tahun 2016 ini. Tak ada kemenangan yang lebih indah selain mampu mengendalikan diri. 

Dimulai dari kedatangan seorang @yuliaspina yang asli Sumatera, dan tinggal di Jakarta. Suaminya, asli orang Purwokerto. Kebetulan, kemarin (27/6) pagi, dia sudah free dan siap untuk menjelajah. Namun, untuk urusan menjelajah kawasan wisata yang masih asri, dia mengajak untuk ditemani. 

Jadinya, aku sendiri yang harus bisa menyempatkan waktu. Menyempatkan karena memang di sela-sela kesibukan diri ini.

Awalnya, @yuliaspina meminta jelajah dimulai pukul 06.00. Tapi, aku sadar diri. Sungguh menjadi peluang yang kecil bisa pergi pada jam segitu. Penyebabnya, jika memaksakan berangkat pukul 06.00, aku sama sekali tidak tertidur semalaman. Kalau pun iya, paling hanya satu jam. So, harus membuat kesepakatan baru. 

Ya, akhirnya start pukul 08.00 lebih baik. Aku sudah bisa tertidur setidaknya tiga jam. 

Perjalanan dimulai. Berbekal Vario, kami mulai menjelajah. Bagi orang Purwokerto, Curug Bayan dengan villanya sudah menjadi pemandangan jamak. Tapi, bagi orang luar Purwokerto, seperti @yuliaspina yang saban hari di ibukota, sungguh ini menjadi tempat yang luar biasa. 

"Indah, asri, tenang, damai, eksotik, wonderfull places," katanya. 

Selanjutnya, menuju Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden. Menyusuri Pipa Pesat PLTA yang merupakan warisan Belanda dengan bonus senyuman dari warga yang begitu benar-benar ramah.  

Sebagai salah satu peninggalan yang masih berfungsi bagi masyarakat di Jawa dengan wujud listrik ini, @yuliaspina menyebut bahwa ini peninggalan yang luar biasa. Pada masa pembuatannya, bisa dibayangkan kontruksi sekaligus arsitektur ini telah diperhitungkan jauh ke masa depan.

Saat menyusuri itu, ada yang bikin dia merinding. Terutama melintas di jembatan air. Konsentrasi penuh dilakukannya. Akhirnya, memang berhasil juga. Oh ya, ini pantas ditakuti @yuliaspina. Coz, dia sudah tidak muda lagi. Tampangnya si memang kelihatan tak sesuai dengan umurnya. Tapi asli; dia sudah menjadi oma. heu. 

Selepas itu, banyak hal yang diobrolkan saat menyusuri irigasi sepanjang perjalanan yang bermuara pada DAM Belanda. mulai dari ketekatan bulat dalam menjalankan ibadah di bulan ramadan. Sampai dengan cerita dia menjelajah Indonesia dan luar negeri. 

"Tapi, Indonesia itu yang paling keren," tegasnya. 

Pada puncaknya, saat sampai di Gua Selirang, Pancuran Tujuh, dia begitu terpana. Eksotis dengan keindahannya. Hijau dengan lumut yang membentang. 

"Wow, lunas rasa lelah dari tracking ini," 

Kami pun hun langsung hunting foto. Mulai dari sisi bawah gua selirang, hingga naik di sisi tengahnya. Pada akhirnya, saat ada air, basah menjadi hal yang dilakukan dengan keramaian pengunjung lain. Pulangnya, kami mampir dan bertegur sapa sekaligus bersenda gurau dengan mamake Kalipagu. 
Thanks for coming. Be proud of #lovepurwokerto. Next time,  We will serve your familly to get some moment special again.

Well, yang mau jalan-jalan, please kontak 085647732345 (sms/wa/phone) atau dm instagram @tatangbaelah @lovepurwokerto


Indahnya Curug Bayan, Ketenger, Baturraden Banyumas. 

Pipa Pesat PLTA Ketenger, Baturraden, Banyumas 

bersantai di area pipa Pesat

Yuli Aspina, Traveller asal Jakarta asli medang yang berkunjung ke Baturraden

Komentar