Curug Nangga, Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Part 3


Pertahankan Sawah Kalian Pak TANI


Berat untuk menulis ini. Tapi ini wajib. Geram saya saat sebuah lokasi indah hanya dikelilingi bangunan megah, entah milik orang mana. Lahan sekitar lokasi dibeli. Dengan harga yang sangat tinggi saat itu. Namun, saat begitu dibangun investor, apalagi sampai membuka akses jalan, berapa kali lipat kenaikannya. Berapa kali lipat keuntungan si investor itu. Maka, kedepannya, masyarakat hanya bisa bercerita, dulu itu tanah bapak, tanah ibu, dll.


Sekedar inilah tulisan dan ide saya. Masih sangat terbatas. Harus dipadu dengan ide-ide lain yang tentu lebih nampak aksi nyatanya untuk memberi penghidupan pada masyarakat. Tulisan dalam ide yang kecil ini terlahir karena saya risau bahwa Banyumas memiliki Curug Nangga yang belum di kelola. Saya risau, ketika semakin ramai, tanpa pengawasan, maka semua akan menjadi rusak. 7 Februari 2015 saya menuju ke lokasi itu. Masih bersih belum ada coretan tipe-x, atau dari spray cat. Entah sebulan kemudian, setahun, atau di masa depan. Belum lagi, dinding curug paling atas itu sangat mudah hancur.
Selanjutnya, saya paham, kalau kemudian ada anekdot : tempat bagus/indah = berpagar besi dan bertiket.  Biarlah itu terjadi. Karena sudah menjadi naluri dan kewajiban manusia untuk mendapatkan tambahan. Asalkan, dari situ tidak ada yang dikorupsi! (pun demikian, kesejahteraan masyarakat meningkat). Selanjutnya, anekdot : tempat bagus/indah = berpagar besi dan bertiket biarlah terjadi. Sudah semestinya, berwisata itu membayar. Jangan tiru saya, yang kalau berwisata itu maunya gratis! Semua tinggal bergerak. Kalau bukan dari masyarakat yang mau out of the box, maka kepada siapa lagi ide kreatif itu akan muncul. Sekian. 







Review
    Sekilas, saat kunjungan pertama aku dan kawan-kawan ke Curug Nangga, Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten banyumas dalam keadaan tersesat (karena tujuan aslinya ke Curug Kalimawik sesuai rekomendasai mas Apris). Namun, meski tersesat dengan diantar Kaur Pemerintah Desa Petahunan yang bernama Sukmono itu, langsung geleng-geleng kepala!
    Ini Banyumas bro! Ini Banyumase Inyong! Ada curug (air tejun) yang maha dahsyat! Kalau tidak tersesat, belum tentu saya bisa sampai sini. Maha Besar Engkau Tuhanku! Begitulah yang terucap.
    Maka, pada kunjungan yang tersesat itu, aku dan kawan-kawan (uje, arif, untung) mengexplore seluruh kawasan. Dari atas, sampai bawah. Namun belum sampai ke atasnya Curug Nangga, dan ke bawahnya Curug Nangga. Masih di seputaran Curug Nangga saja.
    Usai tersesat itu, aku dan kawan-kawan terus meyakinkan diri bahwa itu adalah potensi wisata yang sungguh luar biasa. Sungguh alami di wilayah Banyumas Barat. Maka, aku dan kawan-kawan terus saja menggali ide. Inilah sedikit ide untuk mereka, untuk masyarakat yang mau maju yang sudah disampaikan pada 28 Februari kemarin saat kunjungan kedua. Aku dan kawan-kawan pun share bersama Kaur Pemerintahan, Sukmono.
     Kalau kurang berkenan dan keterlaluan atas ide saya, mohon maaf. Kalau ada masukan, beri komentar ke kami :  
       





Pengembangan Fisik
Tiga Gapura/gerbang pintu masuk :
    Masing-masing berada di tempat parkir di pinggir rumah warga, areal pesawahan, dan ground zero Curug Nangga. Pemilihan lokasi gapura senyata-nyatanya hanya untuk  membuat pengunjung berfoto ceria setelah perjalanan jauh dari tempat awal menuju lokasi. Dengan pemandangan berlatar belakang Curug Nangga, maka akan bisa menjadi kenangan sepanjang foto itu dicetak. Kelelalahan mereka terobati di menit awal.
 Pembenahan fasilitas seperti jalan setapak
   
Tak perlu bagus. Dibiarkan alami, namun membikin nyaman keselamatan pengunjung. Pengunjung justru menikmati keadaan yang asli apa adanya.
Papan Plang Curug Nangga
   
Dimulai dari ground zero water fall. Usahakan dibuat seni. Mulai dari menggunakan bahan kayu alami. Dibuat menyesuaikan kondisi. Papan ini menjadi penanda bahwa mereka masuk ke dalam lokawisata.  Selanjutnya, di tiap level curug (tiap tingkat) juga diberi papan plang Curug Nangga. Sebutlah tiap curug itu memiliki nama. Sehingga, sampai ke atas, pengunjung akan mendapatkan poin kebanggaan bahwa mereka telah menuju top dari keajaiban alam ini.   
Basecamp
   
Base camp ini adalah pusatnya segala peralatan dan pemenuhan segala kebutuhan pengunjung. Dengan adanya petugas yang terdiri dari beberapa orang, mereka harus cakap dalam memberikan informasi dan keselamatan saat sedang bermain di curug tersebut.  
Keamanan pengunjung
   
Dimanapun berada, kenyamanan lokawisata menjadi tujuan utama. Ketika hanya memedulikan keuntungan, maka segeralah tak berkembang wisata itu. Keamanan di pengembangan potensi ini ada beberapa hal.  Mulai dari keamanan barang pengunjung (loker), adanya peralatan berenang. Paling utama adalah penanda adanya banjir. Jelas ini menjadi hal utama. Alat sederhana adalah dengan memasang penanda kaleng diatas air di ketinggian tertentu dengan membentangkan tali. Saat air pasang, maka kaleng diatass permukaan itu akan terbawa dan menimbulkan gemerincing di tali selanjutnya.  Selain itu, setiap tingkat curug mesti mendapat satu pengawalan. Pengerahan tenaga ini bisa didapat dari masyarakat sekitar seperti karang taruna.
Papan Konservasi
   
Yang satu ini jelas tak boleh ditinggal.  Di curug paling atas, keadaan lempeng batu begitu mudah lepas dari dindingnya. Di sini, sangat dibutuhkan beberapa plang. Sedangkan di level curug yang lainnya menyesuaikan
Outbond
   
Arena bermain. Di sinilah fokus utama lokawisata ini. Selain menjelajah hingga ke puncak curug, ide kreatif harus didengungkan dari basecamp.
a. Justru yang wajib adalah pengadaan puluhan pelampung, dayung, ban pelampung, sampai perahu karet.
b. Di sini pengunjung dipersilakan untuk berenang sesuai dengan tingkat curug yang dipilih.
c. Alternatif lain adalah dengan aksi turun tebing curug menggunakan tali karmentel.
d. Selanjutnya adalah seluncur. Papan seluncur pun harus diusahakan agar semua bisa dicoba.
e. Bahkan, paketan menuju Curug Pitu, Curug penganten (berada di bawahnya), atau menuju ke Curug Kembar (diatasnya).
f. Kabarnya, di sekitar lokasi itu ada bukit bernama watu kumpul yang sangat eksotis berselimut kabut tipis pada pagi dan sore hari. Sekalin bisa paket jelajah
Penyediaan Akses Makanan lokal
   
Wajib ada. Sebab, apapun yang diinginkan pengunjung di lokasi wisata minimal adalah minuman. Ketika menyediakan makanan lokal, pengunjung akan lebih tertarik.
Promosi besar-besaran
   
Langkah terakhir setelah semua kebutuhan riil di situ adalah melakukan promosi besar-besar. Ada beberapa item. Mulai dari promosi bando, baliho, selebaran/brosur ke sekolah, instansi. Bahkan sampai dengan akses di internet secara besar-besaran. Kekuatan dunia maya lebih besar ketimbang kekuatan di dunia nyata. Selain itu, akses kabupaten harus dipegang. Artinya, setiap instansi mau mengagendakan rekreasi, sementara waktu mewajibkan di Curug Nangga. 


Masa Persiapan Pengembangan Resmi
    Setelah melakukan langkah riil diatas, dalam waktu satu tahun, pengunjung akan meningkat drastis. Curug Nangga yang selama ini kurang di kenal akan menjadi favorit. Bahkan, bisa menjadi ikon di Kecamatan Pekuncen. Istilah pemenuhan kebutuhan seperti dua halaman diatas yang telah saya sebut sebagai pemenuhan kebutuhan liar.
Sebab, belum ada dasar resmi pengelolaan tersebut. Kali ini, sambil program itu berjalan, tak salah rasanya desa terus berkordinasi. Beberapa langkah yang mesti dilakukan bukan untuk dikaji. Sudah terlalu banyak orang melakukan pertimbangan. Toh, saat semua usaha dicoba, apalagi demi masyarakat (bukan pribadi), gagal pun sudah bermanfaat.
Desa wajib :
Menyosialisasikan ke seluruh masyarakat bahwa Curug Nangga sedang dikembangkan.
Peran Kades dimaksimalkan untuk terus rapat bersama RT dan RW. Bahkan, Kades dan jajaran harus intens mencari ijin untuk membuka lokasi. Tentunya ini terkait dengan keberadaan sungai yang merupakan akses kabupaten atau provinsi. Kalau provinsi, maka butuh waktu lama. Kalau ini milik kabupaten semestinya bisa cepat. Apalagi, bupati Banyumas saat ini asli wong pasiraman, pekuncen. Masih tetangga.
Dukungan wajib masuk
   
Ketua RT dan RW sekaligus Karangtaruna menjadi leader dalam pembentukan masyarakat yang siap menghadapi kedatangan orang asing untuk berwisata.
Pembentukan kelompok sadar wisata
   
Kelompok-kelompok ini yang kemudian menjadi tourguide, bahkan menjadi pengelola wisata. Bisa dibentuk tiap RT atau dipegang Karangtaruna. Prinsip utama adalah keadilan saat Curug Nangga menjadi lokawisata ramai (dari sinilah biasanya kisruh akan berawal di masa depan. Namun semua harus belajar manajemen konflik). Kemudian, pelatihan skill dibutuhkan bagi mereka.
Membentuk Perdes (Peraturan desa)    Bahwa lokasi Curug Nangga saat ini sedang dikembangkan, maka perdes  bisa menyesuaikan. Mulai ada tarikan masuk, sampai dengan adanya hal-hal lain yang bisa menjadi PADes (di sini aturan dibuat, tapi bekerjalah dengan hati. Seringkali setelah bisa mengembangkan, terjadi dualisme kepengurusan wisata)
Membuat Proposal
   
Kenapa ini menjadi pilihan terakhir. Karena saya ingin semua masyarakat mandiri. Makan hati menunggu proposal di acc Pemkab. Masuk tahun sekarang saja, tahun depan baru di acc. Anggarannya, pasti tahun depannya lagi. Akh, selama ide kreatif ada, laksanakan.


Masa Pengelolaan :
Jelas anggaranNamun jangan sampai anggaran menjadi kendala. Masyarakat wajib untuk menjaga. Biarpun itu hanya mengambil satu sampah di sungai, itu sudah menjadi hal yang paling penting.
Masa kehancuran alat   
Seringkali, orang hanya mengatakan untung pada suatu hal. Padahal, keuntungan itu terus dibayar oleh hal-hal yang tidak terlihat. Seperti keausan barang perlengkapan, hingga kerusakan.
Pelatihan, pelatihan dan ide kreatif harus terus dikembangkan
Selamat menikmati hasil sampai dengan berpuluh tahun kedepan sampai dengan generasi anak cucu bila mengelola dengan bijak

Masa Pembentengan Diri MasyarakatPenyuluhan :
Pertahankan Sawah Kalian Pak TANI
Berat untuk menulis ini. Tapi ini wajib. Geram saya saat sebuah lokasi indah hanya dikelilingi bangunan megah, entah milik orang mana. lahan sekitar lokasi dibeli. Dengan harga yang sangat tinggi saat itu. Namun, saat begitu dibangun investor, apalagi sampai membuka akses jalan, berapa kali lipat kenaikannya. Berapa kali lipat keuntungan si investor itu. Masyrakat hanya bisa bercerita, dulu itu tanah bapak, tanah ibu, dll.
2. PR nya adalah mensejahterakan masyarakat sekitar lokasi wisata

(Tourism Resort must be have Something to do, something to buy, something to see)Pengembangan dan Pemberdayaan, Curug Nangga, Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas. Semoga bermanfaat. (tangkas pamuji)




Komentar