oleh tangkas pamuji
keasrian penduduk pribumi banjarparakan, rawalo terlalu kentara saat terpandang di tepian serayu. panutan sistem roda berputar, yang diucap manusia modern masa kini, sering tidak digubrisnya.
keharmonisan, kekompakan, kemesraan, dan berlanjut pada pemenuhan kebutuhan hidup, dilakoni ikhlas. seadanya tanpa kerakusan. seperti pasangan yang puluhan tahun bersama, yang laki bercaping, perempuan memakai tapian jarit. keduanya selalu nikmat mencari rezeki warisan moyangnya berbekal kearifan.
sepandang mata saat bersama rombongan pemkab banyumas guna memasang penanda dilarang mengeruk ton-tonan pasir di sungai tajum, akhirnya saya mendapat foto kakek nenek mendayung bersama (ada foto di bawah).
nenek mendayung, mengarahkan sampan dengan tangan keriputnya. kakek-nya tak kalah kerja keras, dia mengkayuh dayung dalam putaran waktu. kalau saja kemesaraan tak ada, tentu sampan mengarah ke tengah.
bisa jadi, nyawa melayang kalau sampan sampai ke area tengah sungai terpanjang di jawa tengah ini.
di tengah sampan, rerimbunan rumput dibawa pulang. ada juga sayuran. dua orang ini sengaja pergi ke alas (ladang) dengan sampan kecil.
bahaya memang. tapi tak masalah. ke-hati-hatian jadi utama.
bagi keduanya, pemenuhan kebutuhan hidup menjadi utama. meski setiap hari berlayar di tepian serayu untuk melakoni hidup, toh mereka masih menjalani sampai di jaman internet serba canggih. tidak mati gasik.
keduanya tak ada pemikiran mengambil hasil bumi yang banyak.
rakus bagi mereka untuk mengambil semua. sepenuh dan secukup kebutuhan yang diambil.
toh, mereka masih hidup sampai usia lanjut. nyatanya masih bisa makan.
foto entri ini- hanya sebagian keseharian pribumi banjarparakan, rawalo yang sudah setengah baya, usianya. makna sekaligus arti hidup keteguhannya, mampu memaknai kearifan alam. kerakusan tak dilakukan.
hanya syukur, sebagai ungkapan kehatian-hatian mereka saat menebas hasil bumi.kearifan ini yang layaknya diambil.
keasrian penduduk pribumi banjarparakan, rawalo terlalu kentara saat terpandang di tepian serayu. panutan sistem roda berputar, yang diucap manusia modern masa kini, sering tidak digubrisnya.
keharmonisan, kekompakan, kemesraan, dan berlanjut pada pemenuhan kebutuhan hidup, dilakoni ikhlas. seadanya tanpa kerakusan. seperti pasangan yang puluhan tahun bersama, yang laki bercaping, perempuan memakai tapian jarit. keduanya selalu nikmat mencari rezeki warisan moyangnya berbekal kearifan.
sepandang mata saat bersama rombongan pemkab banyumas guna memasang penanda dilarang mengeruk ton-tonan pasir di sungai tajum, akhirnya saya mendapat foto kakek nenek mendayung bersama (ada foto di bawah).
nenek mendayung, mengarahkan sampan dengan tangan keriputnya. kakek-nya tak kalah kerja keras, dia mengkayuh dayung dalam putaran waktu. kalau saja kemesaraan tak ada, tentu sampan mengarah ke tengah.
bisa jadi, nyawa melayang kalau sampan sampai ke area tengah sungai terpanjang di jawa tengah ini.
di tengah sampan, rerimbunan rumput dibawa pulang. ada juga sayuran. dua orang ini sengaja pergi ke alas (ladang) dengan sampan kecil.
bahaya memang. tapi tak masalah. ke-hati-hatian jadi utama.
bagi keduanya, pemenuhan kebutuhan hidup menjadi utama. meski setiap hari berlayar di tepian serayu untuk melakoni hidup, toh mereka masih menjalani sampai di jaman internet serba canggih. tidak mati gasik.
keduanya tak ada pemikiran mengambil hasil bumi yang banyak.
rakus bagi mereka untuk mengambil semua. sepenuh dan secukup kebutuhan yang diambil.
toh, mereka masih hidup sampai usia lanjut. nyatanya masih bisa makan.
hanya syukur, sebagai ungkapan kehatian-hatian mereka saat menebas hasil bumi.kearifan ini yang layaknya diambil.
tangkas pamuji/banyumasecotourismagency/tangkaspamuji@yahoo.co.id/banyumas.jateng/085647732345
Komentar