Sejarah mencatat, sebuah lukisan Mesir Kuno yang diperkirakan usianya 3.000 tahun menggambarkan tentang sarung (maaf) penis dekoratif yang sedang dipakai kaum pria. Belum diketahui persis, apakah orang Mesir di lukisan itu memakai kondom untuk ritual atau kontrasepsi.
Di Legenda Yunani seperti kisah dari Antonius Liberalis, pada tahun 150 digambarkan pemakaian kandung kemih kambing sebagai tindakan protektif ketika sanggama.
Memasuki modern, kondom ditemukan pertama kali pada tahun 1564 ketika seorang dokter bangsa Italia bernama Gabrielo Fallopia merekomendasikan penggunaan sarung linen yang berfungsi sebagai pelindung terhadap penyakit menular seksual.
Caranya, sarung linen dibasahi larutan kimia dan dikeringkan sebelum dipakai. Si dokter mengaku melakukan eksperimen pada 1.100 subjek dan melaporkan sarung tersebut melindungi pemakainya dari sifilis.
Lalu, fakta memperlihatkan bahwa kondom paling tua ditemukan dari Kastil Dudley di Inggris pada tahun 1640. Sampai pertengahan abad ke-18 kondom dibikin dari usus hewan. Kondom karet baru diproduksi pada tahun 1855 setelah Charles Goodyear menciptakan vulkanisasi karet.
Baru pada 1912, seorang Jerman bernama Julius Fromm mengembangkan teknik produksi kondom baru dengan mencelupkan adonan kaca ke larutan karet mentah sehingga kondom jadi lebih tipis dan tanpa jahitan. Sejak masa 1930-an, kondom banyak mengalami perkembangan dimana menjadi kondom sekali pakai yang tipis dan murah seperti sekarang ini.
Di Indonesia yang dulu makmur ini, masyarakat dan tokoh bangsa baru 'gegeran' soal kondom akhir tahun 2013. Kementrian Kesehatan jadi biang keladi. Awalnya, dicanangkan Pekan Kondom Nasional. Kegiatan digelar 1-7 Desember dengan sarana penunjang berupa bus berkeliling (roadshow) ke berbagai titik termasuk lokasi umum dan kampus di Jakarta. Di bus berkeliling itu, diisi Penyuluhan, memberikan kesempatan tes HIV/AIDS gratis, juga acara pembagian kondom gratis.
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K H Hasyim Muzadi tegas menolak Pekan Kondom Nasional yang masih berlangsung sampai 7 Desember nanti. PKN seolah menjadi pemakluman atas seks bebas. Padahal, jika ingin menghentikan HIV Aids di Indonesia, seharusnya dari hulunya tidak dari hilirnya, yakni dari sisi pendidikan dan kebudayaannya. Akhirnya, Program Pekan Kondom Nasional dibatalkan 4 Desember 2013.
Di Banyumas, Perusahaan-perusahaan kondom bisa bersikap jumawa dengan fakta yang satu ini. Pemakaian kondom di Gang Sadar Baturraden menembus enam ribu kondom setiap bulannya. Enam ribu kondom itu diserap warga Gang Sadar yang berjumlah 90 orang.
Ketua Pemuda Peduli HIV AIDS Baturaden (PPHB), Darkim mengestimasi satu hari ada 2 ratus kondom hingga dalam sebulan terdapat 6 ribu kondom yang digunakan. Dia mengatakan, angka tersebut bisa jadi bertambah mengingat belum semua bisa terdata secara pasti.
Pada sesi wawancara dengan Radarmas beberapa waktu lalu, dia mengatakan, kesadaran memakai kondom terus meningkat mengingat bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS) yang terus mengintai. Bahkan, tindakan tegas mulai diperlihatkan warga Gang Sadar. Tak jarang mereka pulang ke rumah kos, jika ada tamu yang tidak mau menggunakan kondom.
"Banyak tamu tidak mau menggunakan kondom dengan alasan kurang nikmat dan lain-lain. Sekarang anak kos sudah sadar, kalau tidak mau menggunakan kondom, mereka pulang dengan tangan kosong," jelas Darkim.
Nyatanya, ketika Indonesia gegeran soal kondom, di Banyumas angka pemakaian sangat tinggi. Enam ribu setiap bulan. Mungkin benar ketakutan Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, Syafiq Mughni dalam pernyataannya.
"Kalau tadinya mau berhubungan takut kena HIV/AIDS, sekarang sudah dibilang aman, diberi kondom jadi malah kepengen mencoba" kata Syafiq Mughni yang mengartikan dengan PKN maka akses kondom akan mudah didapat.
Kalau sudah seperti ini, benar kata Hasyim Muzadi. Jika ingin menghentikan HIV Aids, seharusnya dari hulunya tidak dari hilirnya. Yakni dari sisi pendidikan dan kebudayaannya.
Semoga, pemakaian kondom di Gang Sadar menurun. Bukan karena lupa memakainya! Namun sadar untuk tidak memakainya karena sudah tobat dan merintis usaha benar! Pemkab Banyumas pun harus sadar akan geliat di Gang Sadar. Sadar untuk mencari solusinya. Salam. (*)
Komentar