Seedorf, Penjaga Tradisi Milan yang Diujung Lubang

dok internet
Apa yang akan Anda pikirkan jika melihat seseorang berjalan di pinggir jalan raya hanya dengan mengenakan penutup kemaluan? Orang gila, bukan? Ya, jika Anda melihatnya di jalanan kota seperti Jakarta. Tidak, jika Anda melihatnya di pedesaan Irian Jaya.
Kutipan rangkaian kata milik Teddi Prasetya Yuliawan, dalam bukunya Neuro-Lingustic Programming (NLP), The Art Of Enjoying Life, di halaman 233 ini memiliki dua makna berbeda. Makna karena masing-masing menilai berdasar kerangka pikiran (frame) masing-masing. Makna-makna yang terakhir inilah yang membuat saya jatuh cinta terhadap NLP. Hanya karena makna ditentukan oleh frame, dan kita banyak memiliki frame yang ditentukan oleh lingkungan, bukan berarti hidup kita dikendalikan olehnya. Bahkan, kita dapat mengeset frame terlebih dahulu sebelum muncul makna apapun.
Bisa jadi, Teddi, penulis buku tersebut memang mampu mengetahui mengapa AC Milan mengganti pelatihnya di tengah musim Januari ini. Atau saja, Teddi memiliki dua gambaran berbeda atas sikap dari Manajemen AC Milan.
Padahal, atas keputusan raksasa sepakbola Seri A, AC Milan, seantero jagat publik terkejut. Milanisti-sebutan fans AC Milan-terdiam sampai termenung sesaat setelah pelatih Massimiliano Allegri dipecat. Tak ada memori baik setelah empat tahun bersenang dan berduka bersama di San Siro, Senin (14/1).
Pertama, keputusan itu gila. Gila seperti yang disampaikan Teddi. Gila karena AC Milan mengganti secara tiba-tiba sang pelatih meski rumor kepergiannya dari Kota Milan di Italia sudah kasak-kusuk sebelumnya.
Gila karena sebulan mendatang, AC Milan Milan akan memasuki babak 16 besar Liga Champions. Musuhnya, raksasa Spanyol, Barcelona, yang salah satu pemainnya adalah penyabet tiga kali Balon d'Or, Lionel Messi.  
Tapi, pergantian ditujukan agar kegilaaan Milan tidak memuncak. Pergantian ditujukan agar fans Milan tidak lebih gila karena tim kesayangannya selalu kalah.
Milan ditangan Allegri sebelum dipecat hanya menang 2 kali dari 11 pertandingan terakhirnya di Seri A dan berada di urutan ke-11 klasemen sementara selisih 30 poin dari pimpinan puncak klasemen Juventus. Kalau diteruskan, jangan-jangan tergedrasi.
Sadar dari kegilaannya, Manajemen berkoalisi. Membuat frame seperti kata Teddi. Membuat Frame agar mereka tidak terdepak dari Seri A yang perjalanan kompetisinya sudah separo ini. Ganti Pelatih!
Selang sehari, (15/1), Kursi panas pelatih raksasa sepakbola Eropa terisi. Adalah Clarence Seedorf penggantinya. Clarence Seedorf, mantan punggawa Timnas Belanda dan AC Milan ini resmi menjabat sebagai pelatih anyar Rabu, tepat tengah bulan ini.
Namun, penunjukan Seedorf ini diacap gila lagi. Seedorf belum memiliki kenyataan menjadi pemenang dalam melatih. Seedorf hanya manusia yang baru gantung sepatu. Seperti biasa, keputusannya punya dua latar berbeda. Disebut latar kontroversi karena isinya negatif.
Kontroversi negatif muncul karena track record Seedorf yang minim pengalaman melatih, bahkan baru akan mengantongi lisensi pelatih (UEFA A) pada April nanti. Tak usah lah dibahas. Mengerikan!
Namun, Milan memiliki pertimbangannya? Dikutip Jawapos, saat masih aktif bermain, Seedorf menempati posisi sebagai gelandang serang. Hal itu membuatnya secara "genetik" memiliki visi permainan tim. Sejumlah pelatih sukses yang bekas pemain juga berada di posisi gelandang atau bek. Bukan penyerang. Mereka, antara lain, Carlo Ancelotti, Franz Beckenbauer, Pep Guardiola, dan Diego Simeone.
Selain itu, selama 22 tahun karirnya di lapangan hijau, dia memenangi Liga Champions empat kali bersama tiga klub berbeda. Yakni, dua kali (2002-2002 dan 2006-2007) bersama Milan dan masing-masing sekali bersama Real Madrid (1997-1998) dan Ajax Amsterdam (1994-1995).
Semoga, yang dialami Seedorf tidak mirip dengan memori saat Leonardo menjadi pelatih rookie Milan pada musim panas 2009. Leonardo juga belum memperoleh sertifikasi pelatih dan hasilnya, pelatih asal Brasil itu hanya bertahan selama semusim.
Ekpektasi lebih tinggi lagi dipanggul Seedorf. mengembalikan tradisi Milan dimana terus berada di Liga Champions. Mengingat, sekarang baru di peringkat 11, tugas berat menanti. Setelah mendapatkan segalanya sebagai pemain, kini Seedorf harus memulai segalanya dari awal, sebagai pelatih. Continuare a studiare duramente per essere il migliore della classe (Tetap belajar sungguh-sungguh agar menjadi yg terbaik dikelas). (tangkaspamuji)

Komentar