Minggu, akhir Februari 2014 kemarin, saya bersama teman-teman bermain di Alun-alun Purwokerto. Sekedar menikmati lampu kota yang memang tiap hari dipaksa bersinar, duduklah kami di bawah videotron nan megah yang sebagian isinya cuma didominasi iklan produk rokok tertentu saja. Sambil menyeruput wedang ronde dari seorang PKL yang masih nekat berjualan karena ketidakberdayaan Pemkab Banyumas, obrolan ringan pun keluar.
Temanya, transportasi lalulintas di Purwokerto yang setiap hari tumbuh pesat.
Sekarang, di jam-jam sibuk Purwokerto, pengendara mobil sudah harus menanti sedikitnya dua kali lampu merah untuk melawati perempatan. Kalau tidak dua lampu merah, ya maksimal tiga kali lampu merah lahh... Kata yang pas untuk disematkan atas kondisi itu adalah; mendekati macet!
Faktor lain yang menjadi obrolan mendekati macet adalah jumlah motor dan mobil yang buaanyaaak. Sedangkan, jalannya tetap itu-itu saja. Jalan Jensud, Jalan Gatot Soebroto, Jalan Gerilya dan jalan-jalan utama di Purwokerto. sampai sekarang belum ada perubahan signifikan atas kondisi jalan itu.
Asyiknya ngobrol lalulintas malam itu sampai melebar ke keberadaan PKL yang menjamur di sana-sini. PKL yang secara tidak langsung membuat badan jalan makin menyempit karena pembeli parkir sembarangan. PKL yang berkuasa tanpa bisa disentuh Pemkab Banyumas.
Hemhh.. Ibarat manusia, Purwokerto sudah mulai terkena penyakit darah tinggi dan kolesterol (karena mendekati macet). Dan sebentar lagi, bisa stroke (karena mecet) tuh.
Lalu, kami yang ngobrol sambil melihat motor/mobil lalu lalang di depan Alun-alun juga memandang aktivitas pembangunan Rita Supermall. Dikebut siang dan malam. Waktu itu, sekitar pukul 19.30. Alat berat masih berputar-putar. Entah apa itu nama alat beratnya. Yang jelas, rangka tinggi kokoh dan menjulang masih berada di angkasa dan terus memutar 360 derajat.
Hebat ya Purwokerto. Dalam hitungan sebentar (1-2 tahun) bakal berdiri sebuah mall raksasa. Rita Supermall. Namun, hebatnya itu akan tidak jadi hebat saat lalulintas di depan mall macet. Padahal pula, selain Rita Supermall, di sepanjang Jalan Jensud itu akan ada mall dua lantai di bekas ruko PJKA Stasiun Timur. Kabarnya, malah akan ada hotelnya juga.
Kalau sekarang Dinhubkominfo Banyumas masih membiarkan tanpa perancanaan yang jelas, maka 1-2 tahun lagi Purwokerto akan macet. Jalan Jensud sebagai jantung kota Purwokerto pun menjadi hal yang dihindari oleh masyarakat. Sungguh, satu PR besar itu harus digarap sejak sekarang. PR besar untuk manajemen lalulintas di Kota Purwokerto. PR agar Purwokerto tetap menjadi kota nyaman bagi masyarakat yang ujung-ujungnya juga akan berbelanja di mall-mal tersebut. (*)
Temanya, transportasi lalulintas di Purwokerto yang setiap hari tumbuh pesat.
Sekarang, di jam-jam sibuk Purwokerto, pengendara mobil sudah harus menanti sedikitnya dua kali lampu merah untuk melawati perempatan. Kalau tidak dua lampu merah, ya maksimal tiga kali lampu merah lahh... Kata yang pas untuk disematkan atas kondisi itu adalah; mendekati macet!
Faktor lain yang menjadi obrolan mendekati macet adalah jumlah motor dan mobil yang buaanyaaak. Sedangkan, jalannya tetap itu-itu saja. Jalan Jensud, Jalan Gatot Soebroto, Jalan Gerilya dan jalan-jalan utama di Purwokerto. sampai sekarang belum ada perubahan signifikan atas kondisi jalan itu.
Asyiknya ngobrol lalulintas malam itu sampai melebar ke keberadaan PKL yang menjamur di sana-sini. PKL yang secara tidak langsung membuat badan jalan makin menyempit karena pembeli parkir sembarangan. PKL yang berkuasa tanpa bisa disentuh Pemkab Banyumas.
Hemhh.. Ibarat manusia, Purwokerto sudah mulai terkena penyakit darah tinggi dan kolesterol (karena mendekati macet). Dan sebentar lagi, bisa stroke (karena mecet) tuh.
Lalu, kami yang ngobrol sambil melihat motor/mobil lalu lalang di depan Alun-alun juga memandang aktivitas pembangunan Rita Supermall. Dikebut siang dan malam. Waktu itu, sekitar pukul 19.30. Alat berat masih berputar-putar. Entah apa itu nama alat beratnya. Yang jelas, rangka tinggi kokoh dan menjulang masih berada di angkasa dan terus memutar 360 derajat.
Hebat ya Purwokerto. Dalam hitungan sebentar (1-2 tahun) bakal berdiri sebuah mall raksasa. Rita Supermall. Namun, hebatnya itu akan tidak jadi hebat saat lalulintas di depan mall macet. Padahal pula, selain Rita Supermall, di sepanjang Jalan Jensud itu akan ada mall dua lantai di bekas ruko PJKA Stasiun Timur. Kabarnya, malah akan ada hotelnya juga.
Kalau sekarang Dinhubkominfo Banyumas masih membiarkan tanpa perancanaan yang jelas, maka 1-2 tahun lagi Purwokerto akan macet. Jalan Jensud sebagai jantung kota Purwokerto pun menjadi hal yang dihindari oleh masyarakat. Sungguh, satu PR besar itu harus digarap sejak sekarang. PR besar untuk manajemen lalulintas di Kota Purwokerto. PR agar Purwokerto tetap menjadi kota nyaman bagi masyarakat yang ujung-ujungnya juga akan berbelanja di mall-mal tersebut. (*)
Komentar