capture status temanku |
Aku yang tidak mengetahui arti 'puncak keyakinan', maka kubiarkan saja. Tapi, lama kelamaan aku pun berusaha mengetahuinya. Tentu setelah aku tersadar atas kalimat selanjutnya; "bencana dianggapnya sebagai nikmat, dan kesenangan dianggapnya musibah,"
Ya, selama ini, dalam ruang lintas pikiranku, bencana (musibah) adalah cobaan yang selalu diturunkan oleh Allah SWT pada setiap hambanya. Maka, aku pun selalu berdoa agar selalu terhindar dari segala coba (bencana). Selalu memohon agar Allah SWT tak memberikan musibah kepadaku.
Tak pernah terpikir kalau bencana adalah nikmat. Lagian, mana ada orang waras mengatakan bencana itu nikmat. Yang ada, bencana itu adalah susah.
Pada setiap kenyataannya, ketika ada musibah yang datang, aku hanya mengambil pelajaran dari musibah itu. Selebihnya, masih juga menggerutu. Mengumpat. "Ora maning-maning (tidak lagi-lagi),". Lalu mencoba memperbaiki diri. Sebenarnya, ini pun masih dalam jalan yang lurus (menurutku). Sebab, pengalaman memang guru terbaik.
Satu hal yang pasti. Belajar dari kutipan temenku, saat musibah datang, maka aku harus belajar kalau musibah itu adalah nikmat dari Yang Maha Kuasa. Nikmat yang diturunkan melalui musibah. Nikmat ini akan menjadi sangat nikmat karena orang akan langsung mengingat sang pencipta. Selalu memohon pertolongan Allah SWT seperti dalam inti Alquran di surat Al Fatihah. Selain itu, pastinya, akan berlatih ikhlas dan sabar tiadatara.
Berbeda dengan musibah berupa kesenangan. Kesenangan hidup di dunia. Kesenangan dimana akan membuat manusia lupa akan fananya hidup di dunia. Berterimakasihlah pada pencipta karena setiap hari masih bisa mendengarkan kumandang suara Adzan. Lalu menunaikannya.
Sekedar tulisan ini yang ingin saya bagikan. Semoga ada manfaat. Percayalah bahwa Allah adalah Tuhan sekaligus Hakim yang seadil-adilnya seperti disampaikan dalam surat Surat At Tiin ayat delapan. (ttg)
Isi surah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
1. وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
2. وَطُورِ سِينِينَ dan demi bukit Sinai,
3. وَهَذَا الْبَلَدِ الأمِينِ dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
4. لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
5. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
7. فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8. أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Komentar