|
petik stroberi. (bedakmu itu lho cha) |
|
hamparan kebun stroberi |
|
nih hasil stroberiku |
Icha Marah Besar, Suruh Kami Metik Stroberi, Bukan Foto-foto
"Yang penting kan semua pekerjaan sudah beres," sahut istriku Kamis 12 Maret 2015 lalu.
Ya, ya, ya, oke deh. Yup, daripada istriku bengong di rumah akibat pulang gasik dari aktivitasnya mengajar di sekolah (padahal ya, biasanya pulang dari sekolah
jam 15.00. Saat kutengok jam dinding, baru pukul 09.00. Wah, buat para
bapak ibu guru, jangan dicontoh) ditambah Icha pas nggak berangkat sekolah, jadilah kami bertiga (aku, icha, dan biyunge icha) merancang jalan-jalan ringan. Akhirnya melepas penat lagi (eit, lama-kelamaan juga bisa penat karena jalan-jalan nih). Oh ya, ada satu lagi teman jalan-jalan kali ini. Adalah adik iparku. Rizki Gayuh Romadoni namanya. Kebeteluan dia baru pulang dari Semarang (anak kos Unnes). So, kami berempat pun langsung cap cus.
Rancanganku, selain jalan-jalan di Purwokerto ya di kabupaten tetangga.
"Apa mau ke kebun stroberi di Purbalingga," tanyaku.
"Ya mas, aku belum pernah," timpal adik iparku.
|
nampang |
Ya, akhirnya aku memutuskan ke Desa Serang, Karangreja, Purbalingga. Batinku, sekalian saja main ke pos pendakian Gunung Slamet via jalur Bambangan. Terakhir ke sana, tahun 2007. Saat itu, dimintai bantuan teman-teman IPPNU Kedungbanteng untuk mengawal perjalanan ke Puncak Slamet. (cerita aslinya sih aku nggak muncak gara-gara kebanyakan beban dan kawan-kawan dari IPPNU ingin muncak semua, jadilah aku penunggu segala peralatan mereka).
|
pak tani (pemilik blog) dan bu tani |
Lanjut ke perjalanan menuju Kebun Stroberi. Dalam perjalanan tersebut, yang bikin
aku kesal adalah tidak bisa menikmati pemandangan yang terlampau sayang
dilewatkan. Padahal di sepanjang perjalanan tersebut, hamparan hijau
dari tanaman sayuran para petani khas Desa Serang selalu bikin mata
melirik. Belum lagi kemerahan dari buah stroberi yang kelihatan dari
pinggiran jalan. Apalagi, soal kabut-kabut tipis suci yang menyelimuti
bagian pun cak perbukitan juga hanya bisa dipandang sekilas. Ini efek,
dari nyupirrrr....
|
di hutan sebelah kebun |
Malahan, pohon-pohon pinus yang menjulang
tinggi dengan karakter kulit pinus yang kemerahan melambai-lambai
menyuruh berhenti agar bisa menikmati semilir udara pegunungan
dibawahnya. Hemhhh, itulah sesuatu yang terlewatkan karena harus fokus
melihat jalan sempit biar saat papasan tidak turun ke bahu jalan.
|
berlatih keseimbangan |
Ya, rutenya dari Bobotsari, Purbalingga. Tinggal ikuti satu jalan menuju
ke Desa Serang, Pratin. Tidak ada angkutan desa di sepanjang perjalanan
yang berkelok ini. Pikap yang menjadi angkutan utama. Baik pikap
penumpang maupun barang. Saat berpapasan, sebaiknya hati-hati.
Pikap-pikap ini jalannya cepat. Maunya juga nyalip kalao ada kendaraan
pribadi. (pastinya kendaraan pribadi itu pelan karena ingin menikmati
perjalanan, # alasanku si, hehe)
Oke, sekitar setengah jam dari
pertigaan Bobotsari sudah masuk Desa Serang. Langsung saja wisatawan
bisa di suguh berbagai wisata agrobisnis. Di kanan kiri, banyak sekali
tulisan Wisata Kebun Stroberi.
|
pura pura tinggi |
|
sadap getah pinus |
Pastinya, tinggal bayar, masuk,
makan sepuasnya, dan memetik untuk dibawa pulang. Untuk perjalanan kali
ini, asyiknya itu karena melihat Icha yang semangat sekali memetik buah
stroberi. Berbekal gunting kecil dan wadahnya, dia muter-muter terus.
Sampai-sampai, saat kami narsis (aku, gayuh dan ibunya Icha) pun
diteriakin sama Icha.
"Ayo lah, metik lah, malah pada
poto-poto," teriak Icha yang akhirnya kami langsung menemani sang petani
kecil ini. Soal keindahan lokasinya, lihat foto-foto aja ya, cekidot
guys. Oh ya, sekedar info, biaya masuk ke kebun stroberi RP 15 ribu per
orang. Bawah hasil petiknya perkilo Rp 40 ribu. Ssssttt, kemarin aku masuk cuma Rp 10 ribu per orang dan hasilnya hanya se-ons. Alhasil, cuma bayar Rp 4 ribu. hehe
|
menikmati suasana |
Komentar