Bulan Juni 2015 lalu, saya termasuk orang yang garing dalam ngeblog. Tak ada tulisan yang dihasilkan. Selama tanggal 1 - 30 Juni, hanya tiga tulisan yang saya tulis dan publish. Payah sekali!
Padahal, pada bulan Mei, April, dan Maret sebelumnya, saya masih mampu dan lumayan dengan menghasilkan minimal enam tulisan. Bahkan, Maret sampai 11 tulisan!
Sebulan sebelum Juni, tepatnya Mei, saya juga meneguhkan diri untuk menulis minimal enam setiap bulannya. Ini agar kebiasaan menulis selama enam tahun (2007-2013, saat jadi wartawan) tetap bisa terjaga.
Harapannya, dengan sering menulis itu, rangkaian tulisan saya tetap bisa tajam dan detail dalam menjaga pokok bahasan yang dibahas. Tetap bisa runut dari awal hingga akhir. Tetap mampu mencari ending yang happy maupun yang soft mengkritik (karena harus mengkritik). Tentunya juga, agar tulisan yang diketik per huruf ini mudah dicerna oleh pembacanya.
***
Tapi, sekali lagi, rencana enam tulisan hanya awang-awang. Idenya nyantol diotak. Tapi, enggan turun ke tangan. Otak tak mau mengeja ketikan.
Sebenarnya, enam bahan tulisan sudah siap. Waktunya juga ada karena saya berhadapan dengan layar komputer setiap harinya. Tapi, malasnya yang super! Kali saja, tidak ada wu wei yang menghinggap pada diri saya.
Akh sudahlah, Juli bulan ini, yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri 1436 H, saya kembali bertekad menulis. Pelan dan perlahan. Kembali menurunkan ide ke lentik jemari. Menurunkan semangat pada tiap ujung jari untuk menekan keyboard komputer.
Tekad ini muncul karena saya ingin kembali menyapa para blogger yang sudah mau berkunjung ke blog saya. Menyapa kembali mereka (data statistik blog menunjukan 25 ribu kunjungan) yang dengan telaten membaca satu per satu huruf.
Apalagi, pernah suatu ketika, ketemu dengan tiga orang yang terus terang kepada saya.
"Saya suka tulisan Anda. Saya selalu menyempatkan lima menit di setiap tulisan,"
***
Well, dengan munculnya tulisan ini, maka saya ingin memenuhi ruang yang terhenti ini. Menurunkan satu ide di otak untuk diketik. Kebetulan, saat menulis ini, tangan mau diajak kerjasama. Next time, kita mulai travelling kembali.
Padahal, pada bulan Mei, April, dan Maret sebelumnya, saya masih mampu dan lumayan dengan menghasilkan minimal enam tulisan. Bahkan, Maret sampai 11 tulisan!
Sebulan sebelum Juni, tepatnya Mei, saya juga meneguhkan diri untuk menulis minimal enam setiap bulannya. Ini agar kebiasaan menulis selama enam tahun (2007-2013, saat jadi wartawan) tetap bisa terjaga.
Harapannya, dengan sering menulis itu, rangkaian tulisan saya tetap bisa tajam dan detail dalam menjaga pokok bahasan yang dibahas. Tetap bisa runut dari awal hingga akhir. Tetap mampu mencari ending yang happy maupun yang soft mengkritik (karena harus mengkritik). Tentunya juga, agar tulisan yang diketik per huruf ini mudah dicerna oleh pembacanya.
***
Tapi, sekali lagi, rencana enam tulisan hanya awang-awang. Idenya nyantol diotak. Tapi, enggan turun ke tangan. Otak tak mau mengeja ketikan.
Sebenarnya, enam bahan tulisan sudah siap. Waktunya juga ada karena saya berhadapan dengan layar komputer setiap harinya. Tapi, malasnya yang super! Kali saja, tidak ada wu wei yang menghinggap pada diri saya.
Akh sudahlah, Juli bulan ini, yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri 1436 H, saya kembali bertekad menulis. Pelan dan perlahan. Kembali menurunkan ide ke lentik jemari. Menurunkan semangat pada tiap ujung jari untuk menekan keyboard komputer.
Tekad ini muncul karena saya ingin kembali menyapa para blogger yang sudah mau berkunjung ke blog saya. Menyapa kembali mereka (data statistik blog menunjukan 25 ribu kunjungan) yang dengan telaten membaca satu per satu huruf.
Apalagi, pernah suatu ketika, ketemu dengan tiga orang yang terus terang kepada saya.
"Saya suka tulisan Anda. Saya selalu menyempatkan lima menit di setiap tulisan,"
***
Well, dengan munculnya tulisan ini, maka saya ingin memenuhi ruang yang terhenti ini. Menurunkan satu ide di otak untuk diketik. Kebetulan, saat menulis ini, tangan mau diajak kerjasama. Next time, kita mulai travelling kembali.
Komentar