Sepuntung Rokok dan Rasa Keimanan

Lebih baik menghindar dan tak melakukan hobi. Apakah anda demikian saat bulan Puasa 1436 H atau di tahun 2015 ini?


damaine pol




***

   Di ujung telepon siang kemarin (14/7/2015), tiba-tiba nada panggilan dari teman saya masuk. Setelah diangkat, terucap kata "Sori salah sambung mas,". Eist, tentu teman saya yang salah sambung itu tidak langsung menutup teleponnya. Melainkan menyempatkan diri untuk bincang karena kadung menelpon.

    "Puasa jalan-jalan nggak," tanyanya.
    "Nggak, ngumpet aja di rumah," jawabku
    "Dzikir bae ya. Aku be ra jalan-jalan," timpalnya.
    "Hemhh," jawabku.
   
***

    Jawaban Hemhh itu bukan berarti merujuk pada kata mengiyakan. Justru, jauh dari kata mengiyakan itu. Memang dzikir pada bulan Ramadan sangat dianjurkan. Berlipat pahalanya. Tapi, saya juga hanya melakukan sekenanya. Ya memang si ada peningkatan. Tapi sedikit. Tak banyak-banyak amat. Tahun depan, kalau masih di kasih Rido sama Yang Maha Kuasa untuk kembali bertemu Ramadan, janji dech bakal meningkatkan lagi. Amin.

    Oh ya, jawaban Hemhh itu sebenarnya merujuk pada proses pengendalian diri saya. Mengendalikan diri untuk tidak melakukan aktivitas jalan-jalan di bulan puasa 2015 ini. Selama ini, saya memang menyempatkan diri membuka tabir keindahan alam di Kabupaten Banyumas yang belum terjamah setiap hari Sabtu. Bukan dengan komunitas. Tapi dengan sebagian teman saya yang sepaham akan nikmatnya jalan-jalan.

***

   Untuk jawaban hemhh ini, sebenarnya saya menghindari kecanduan merokok. Setiap kali jalan-jalan, rokok memang menjadi teman saat sampai di lokasi. Berbagi bersama teman. Atau juga meminta kepada teman. Bahkan, rokok menjadi satu bekal yang selalu ada. (wkwk.. alinia tulisan ini, hanya khusus untuk dewasa. Maafkan saya)

    Jadi, dengan menghindari aktivitas blusukan di siang hari selama bulan puasa ini, saya mencoba berproses untuk menahan hawa nafsu akan rokok. Memang si ajakan selalu bertubi-tubi. Tapi, saya masih bisa mengatakan tidak ikut. Semoga, teman-teman saya pun maklum.

    Pernah saya memiliki pengalaman wagu. Waktu itu, teman saya menginap di rumah saya pada bulan Puasa 2015 kemarin. Dia menginap karena temannya kecelakaan di Kalibagor. Pagi dini hari, di waktu sahur, saya membangunkan dan mengajaknya. Tapi, ketika pagi harinya, sekitar pukul 10.00, dia lebih memilih untuk sarapan rokok sambil minum sirup dengan santainya di rumah saya. Saya yang sudah mencegah tak berkutik. Oalah semprul.. wkwkwkwkw.


***

    Oke. Saya yang memilih jalur menghindar ini sadar sesadarnya bahwa rasa keimanan saya masih tipis. Takut digoda teman. Takut digoda dengan sepuntung rokok. (Mbok-mbokan akhire milih rokok). Mungkin, masih ada orang lain yang seperti saya. Maka, tulisan ini hanya cerita saya. Inilah pilihan saya. Tinggal tiga hari menuju lebaran, akhirnya saya mampu untuk tak blusukan sama sekali.

    Semoga, di kedepannya, bukan hanya takut merokok di siang hari selama bulan puasa. Tapi, takut akan merokok di sepanjang hari. Kalau itu terjadi, maka tulisan ini akan menjadi sejarah dan penanda awal saya untuk membuang rokok saya! Selain itu, semoga juga jawaban hemh saya adalah  agar bisa melakukan apa yang disebut teman saya dalam telepon! Doakan saya. 

***

Komentar