AR - Rayan, Surga yang (kelak) Kuimpikan


Siang itu, Selasa, 8 September 2015,  di Grapari Telkomsel Purwokerto, saya duduk santai di ruang lobi bersama teman kerja lain divisi kantor saya, Deni Arifianto. Kedatangan kami untuk menemui pihak Manajemen Telkomsel. Saat itu, saya memang tidak terlalu bersemangat. Coz, its not my bussines. Saya lebih suka langsung pada pokok menggarap pekerjaan, ketimbang (rupanya) mengikuti pertemuan yang masih dalam tahap lobi.


***

Tapi, di sinilah saya merasakan satu impian besar. Impian yang harus saya kejar sekarang ini. Agar (kelak) ketika dibangkitkan kembali untuk dimintai pertanggungjawaban atas segala tindak-tanduk saya hidup di dunia, impian ini bisa tercapai. Setidaknya, impian yang berawal dari sebuah banner kecil di pojok lobi kantor Grapari Telkomsel menginspirasiku dalam menulis ini.

Saat di lobi itu, terpampang banner kecil di pojokan. Sayang, saat itu, saya tidak langsung memotretnya. Namun, satu kata dalam rangkaian kalimat itu betul-betul masih saya ingat. Satu kata yang kemudian masih benar-benar lekat di ingatan saya adalah; AR-Rayan. Dalam banner itu, kata selanjutnya, adalah kata keterangan dimana itu adalah sebuah pintu masuk surga yang dijanjikan Allah SWT bagi mereka yang tekun berpuasa. Tidak ada orang yang bisa memasuki selain mereka yang tekun berpuasa.

Bahkan, sepulang dari Grapari, saya masih terngiang kata itu. Kusampaikan pula kepada istriku soal Ar-Rayan. Bahkan, aku langsung mengusulkan menjadi nama anakku kedua, yang saat ini masih di dalam kandungan istriku.

Mendengar  ceritaku, istriku pun manggut-manggut. Entah artinya setuju atau tidak? Tapi, ini pun masih dalam usulan. Entah suatu saat lahir nanti, aku bisa mengukirnya atau tidak.

Oh ya, tulisan ini, sebenarnya sudah ingin kutulis sejak pulang dari Grapari itu. Tapi, baru saat ini kesampaian. Aku pun kemudian searching soal AR-Rayan. Banyak sekali berbagai referensi. Hampir semuanya sama dalam memaknai.

Ar-Rayan, sebuah pintu surga yang hanya diperuntukan bagi orang-orang yang gemar berpuasa.

Ar Rayyan secara bahasa berarti puas, segar dan tidak haus. Ar Rayyan ini adalah salah satu pintu di surga dari delapan pintu yang ada yang disediakan khusus bagi orang yang berpuasa. Berikut beberapa yang saya ambil.  Kalau penasaran : klik di sini muslim.or.id

Dari Sahl bin Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “ar rayyan“. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).

Hadits di atas juga menunjukkan al jaza’ min jinsil ‘amal, yaitu balasan dari Allah sesuai dengan jenis amalan. Dan juga menandakan bahwa siapa saja yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka akan diganti dengan yang lebih baik, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً اتِّقَاءَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ إِلاَّ أَعْطَاكَ اللَّهُ خَيْراً مِنْهُ

“Jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘azza wa jalla, maka Allah akan mengganti padamu dengan yang lebih baik” (HR. Ahmad 5: 78, sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Karena orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwat hubungan intim, makan dan minum semuanya karena Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِى

“Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku” (HR. Bukhari no. 7492 dan Muslim no. 1151).

Karena ia meninggalkan kenikmatan-kenikmatan ini karena Allah, maka Dia akan mengganti dengan yang lebih baik. Bahkan amalan puasa ini dikhususkan untuk Allah, Dialah yang nanti akan membalasnya. Dalam hadits qudsi disebutkan,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ ، إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

“Setiap amalan manusia adalah untuknya. Kecuali amalan puasa itu untuk Allah dan Dia yang nanti akan membalasnya” (HR. Bukhari no. 5927 dan Muslim no. 1151).


Taraaaa.. sudah sampai di sini. Oh ya, pada saat menulis ini, saya ingat dengan satu teman saya. Haduh, tapi berat untuk menuliskan nama orang itu. Dia bosku loh. Selain berat menulis, badannya juga benar-benar berat (dalam arti sesungguhnya).

Waktu itu, dia mengklaim tidak ada orang yang senang berpuasa. Buktinya, puasa Ramadan diwajibkan. Sehingga dipaksakan. Dan bagi yang tidak menjalankan, akan ada sanksi.

Tentu waktu itu, saya mengakui dengan logika bahwa tidak ada orang yang senang berpuasa karena dengan dipaksakan seperti dicontohkan pada bulan ramadan.

Maka pada tulisan ini, pada detik ini, saya ingin mengulang jawaban dari pertanyaan pak bos saya yang super berat ini.

"Tidak! Bukan Paksaan. Tapi karena kesenangan kepada Allah SWT. Sekarang sudah ada orang yang senang berpuasa. Setidaknya, saya menjawab; ya diri saya (semoga, para pembaca juga akan senang berpuasa. berpuasa segala sunahnya berpuasa). Saya bertekad sekarang ini," jawabku.

Tulisan ini hanya karena ingin berbagi. Tak ada maksud lain. Apalagi kesombongan. Saya hanya ingin menulis pengalaman ini. Tak ada yang lain. Saat ditahan tulisan ini, justru hati bergejolak.

Semoga Allah memudahkan kita untuk memasuki pintu tersebut dengan amalan puasa kita. Amin ya Rabb. Sungguh menjadi Surga yang kuimpikan. Salam .

See you next trip.

Komentar

Heikal Fahmi mengatakan…
Izin pakai gambarnya di IG.