Bu Wandi, Orang Paling Bahagia atas Keindahan di Bukit Tranggulasih

Warung Bu Wandi. Ada di kiri jalan pertama Bukit Tranggulasih
Rabu (14/10/2015) dini hari kemarin, menjadi waktu yang terlampau dingin bagi saya. Sayup-sayup dalam keremangan dingin menuju mentari pagi, derap langkah kaki masih saja terdengar dari jalan setapak yang ada di samping saya. Padahal, kabut pagi turun, dingin pun memeluk.



Jam di layar handphone masih menunjukan pukul 03.30 dini hari. Saya yang sudah terkungkung sambil merebahkan badan pada sekotak tikar di depan warung Bu Wandi, warung di sisi paling selatan Bukit Tranggulasih, Desa Windujaya pun enggan beranjak.

Lebih baik meringkuk lagi kadung dingin menyergap!

***

Akhhh, tapi tak bisa. Sungguh saya harus membuka mata.

Derap langkah kaki yang datang rupanya langsung membawa mereka duduk di batang-batang bambu yang sudah diikat sebagai tempat duduk. Mereka asyik bercerita sambil bersender tanah di depan warung bu Wandi. Sesekali mereka juga beranjak untuk jeprat-jepret sambil melihat keindahan kota Purwokerto dari sebuah tempat berjuluk Bukit Tranggulasih. Sebuah bukit dimana saya terpekur untuk ketiga kalinya di lokasi yang sama setelah hampir setengah tahun yang lalu masih asing di bukit ini.


***


Akhirnya, saya beranjak. Adik saya yang juga lebih kedinginan di Bukit Tranggulasih karena hanya memakai celana pendek ikut berdiri. Satu adik saya lagi happy-happy aja dengan suasana ini. Sambil membuang suntuk akibat keramaian yang datang, kami meminta segelas teh manis dan kopi ke Bu Wandi. Lagi-lagi hanya sekedar untuk menikmati sensasni menjalang pagi dari semburat mentari.

Lama menunggu, alhasil, semburat mentari yang ditunggu sekitar pukul 05.30 tak datang. Kabut tetap setia menggelayut di sisi timur. Naas datang lagi. Tiga kali ke lokasi ini, tak pernah mendapatkan golden sunrise yang sungguh kebayang kuning hebat. Pun demikian dengan ratusan orang dan puluhan tenda yang ada di Bukit Tranggulasih. Momen sunrise hilang karena memang alam belum memberi keindahan rezeki kepada semua yang datang.


Sebagai pelipur rasa dingin, saya yang datang dengan tim #klintung pun asyik ngobrol. Sasarannya pemilik warung. Namanya Bu Wandi. Rumahnya di kampung bawah bukit Tranggulasih. Dia enjoy sekali berdagang di bukit Tranggulasih. Sejak pagi, siang, sore, malam hari, tengah malam, sampai dini hari masih terus terjaga.

"Lha kapan sare (tidur, red) bu," tanyaku
"Ini belum tidur seharian mas. Sampai sekarang," jawabnya.
"Lha sudah 24 jam di sini bu," sergah saya
"iya," timpalnya
"Hebat-hebat," kagum Amin, temanku lainnya.
"Lha golet rejeki mas," jawabnya lagi.

***

"Kalau seperti ini, Bu wandi adalah orang paling bahagia di dunia. Saban hari piknik ke Tranggulasih. Pagi, siang dan malam," kata Amin.
"Hemmmh, iya juga,"



Bu Wandi bersama teman saya menunggu sunrise


***

Tentu saja, obrolan ini masuk di kepalaku. Benar juga1 Bu Wandi adalah orang paling asyik, selalu bahagia, tanpa beban dalam menjalani hidup. Gampang ngobrol ngalor ngidul.

Pemikiran ini tentu subjektif dari sisi saya. Biarlah!

Yang jelas, Bu Wandi adalah orang yang bisa-bisa melihat sunrise tiap harinya. Bahkan, melihat puncak dua gunung ternama; Sindoro dan Sumbing. Bu Wandi pula menjadi orang yang tiap malam menikmati malam indah di Bukit Tranggulasih. Malam penuh dengan temeram lampu kota. Membentang dari utara hingga ke selatan. Dari Timur ke Barat.

Bu Wandi pula yang selalu menyapa hangatnya keramaian para pendatang yang hendak camp di Bukit Tranggulasih. Bu Wandi pula yang selalu sigap membuatkan teh, mendoan, bahkan rames dan segala kebutuhan para camp.

***

Terakhir, tentu saja, tulisan saya ini mempromosikan warungnya Bu Wandi! Super murah. Di areal pebukitan Tranggulasih, rames berikut sayur hanya diharga Rp 2.000. Saya yang makan nasi putih karena tak kebagian sayur dan hanya diberi telor ceplok alias bahasa gaulnya Omelet hanya diharga Rp 4000. Mendoan Rp 1000.

Biarlah memang ini adanya. Nyatanya, sambil menikmati temeram lampu kota malam Purwokerto, sunrise yang akhirnya terlihat pukul 06.30 dan hanya berlangsung selama 15 menit ini menjadi teman setia di Tranggulasih bagi mereka yang mengais rezeki.


Menuju Sunrise yang hanya 10 menit

Ini nih yang bikin asyik dengan datang pukul 02.30


***

Oh ya, satu lagi. Jaga kelestarian alam Bukit Tranggulasih. Pengunjung menurut saya sudah over. See you next trip. Yang ingin jalan-jalan bareng saya, call di 085647732345.

Bukit Tranggulasi dari sisi paling atas

Bukit Tranggulasih dari sisi camp utama

landscape di tranggulasih

Komentar